Dari STOVIA ke FK UI, Pelopor Pendidikan Kedokteran Indonessia (1902-sekarang)
![]() |
Digital Collection |
Sejarah Masa Pemerintahan Belanda
Pada 2 Januari 1849, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Keputusan Gubernemen No. 22 yang menandai dimulainya pendidikan kedokteran di Indonesia. Dua tahun kemudian, pada 1851, didirikan Dokter Djawa School untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis lokal. Pada 1898, sekolah ini berkembang menjadi School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), yang berfungsi sebagai sekolah kedokteran bagi pribumi. Pada 1927, didirikan Geneeskundige Hogeschool (GHS) di Batavia untuk meningkatkan mutu pendidikan dokter. Gedung GHS yang berarsitektur Eropa selesai dibangun pada 5 Juli 1920 di Jalan Salemba 6, Jakarta Pusat, dan menjadi pusat pendidikan kedokteran saat itu.
![]() |
Digital Collection |
Masa Pendudukan Jepang
Selama pendudukan Jepang, GHS diubah namanya menjadi Ika Dai Gaku namun tetap berfungsi sebagai sekolah kedokteran. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada Februari 1946, didirikan Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia. Sementara itu, Belanda yang kembali menginvasi Indonesia mendirikan Geneeskundige Faculteit, Nood-Universiteit van Indonesie pada Februari 1947. Pada 2 Februari 1950, kedua institusi ini digabung menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, seiring dengan penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia.
Perkembangan Terkini
Saat ini, FKUI memiliki dua kampus utama: di Salemba dan di Depok, tepatnya di Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK). Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian, pada 5 Februari 2015, FKUI memulai pembangunan Gedung Medical Education and Research Center (MERC) di kampus Salemba. Gedung ini diharapkan dapat menyediakan fasilitas riset dan pendidikan kedokteran yang terdepan di Indonesia.
![]() |
Beritasatu.com |