Sejarah Kelam Pendidikan Kepolisian di Indonesia!! Djawa Kaisatsu Warisan Kependudukan Jepang

Foto di kelola tim residu lampau (pinters)

Sejarah Djawa Kaisatsu  (Polisi Jawa)

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) mencerminkan perubahan besar dalam struktur kepolisian di Indonesia. Sistem ini dibentuk untuk mendukung upaya pengawasan dan pengendalian sosial oleh pemerintahan pendudukan Jepang. Polisi tidak hanya berfungsi sebagai penegak hukum, tetapi juga berperan sebagai instrumen represif. Mereka bertugas memantau dan menekan segala bentuk perlawanan terhadap rezim Jepang, termasuk kegiatan anti-kolonial yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Djawa Kaisatsu merupakan hasil modifikasi sistem kepolisian yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda. Jepang mengadaptasinya untuk kepentingan mereka, memperkenalkan hirarki baru serta peran yang lebih berorientasi pada kepentingan militer dan politik Jepang. Nama Tokubetsu Kaisatsu Tai (Polisi Istimewa), merujuk pada unit khusus yang memiliki tugas lebih spesifik dibandingkan dengan polisi reguler. Unit ini memiliki fokus pada pengamanan dan pengawasan di wilayah strategis, sering kali berperan dalam menekan gerakan bawah tanah dan menjaga stabilitas rezim Jepang.
Polisi pada masa pendudukan Jepang ini mencerminkan pergeseran dari fungsi kepolisian tradisional ke peran yang lebih represif, yang erat kaitannya dengan kebutuhan politik dan militer Jepang di wilayah yang mereka kuasai. Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, struktur dan warisan sistem ini kemudian berpengaruh pada pembentukan polisi nasional Indonesia.

Foto dikelola tim residulampau (khastara perpusnas)

Kilas Berta didalam Majalah Asia-Raya 1942

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pemerintah Dai Nippon menyadari pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam sistem pemerintahan, termasuk dalam kepolisian. Untuk mendukung tujuan tersebut, mereka merasa perlu memberikan kesempatan kepada orang Indonesia untuk menduduki posisi tinggi di kepolisian. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk memperkuat kontrol pemerintahan Jepang, tetapi juga untuk menciptakan kesan bahwa mereka mendukung kemajuan bangsa Indonesia.
Sebagai langkah awal, pemerintah Jepang mendirikan sekolah kepolisian pertama di Sukabumi. Sekolah ini menjadi simbol modernisasi dan pelatihan profesional bagi calon-calon perwira polisi Indonesia. Program ini bertujuan untuk membentuk kader kepolisian lokal yang loyal terhadap pemerintah Jepang, sekaligus mampu menjalankan tugas-tugas kepolisian secara efektif. Dengan penerimaan yang sangat selektif, hanya 100 orang peserta yang dipilih dari seluruh Pulau Jawa untuk mengikuti pendidikan tersebut. Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi Jepang untuk mendapatkan dukungan masyarakat Indonesia. Dengan memberi peluang kepada anak-anak bangsa untuk mengisi posisi strategis, Jepang berharap dapat memenangkan hati rakyat Indonesia dan meredam potensi perlawanan. Namun, meskipun tampak memberikan peluang, pendidikan dan jabatan.

Foto dikelola oleh tim residulampau (Wikipedia)

Mengenal Inspektur Moehammad Jasin 

Inspektur Moehammad Jasin merupakan sosok yang dikenal sebagai salah satu pelopor berdirinya Kepolisian Negara Republik Indonesia dan dianggap sebagai "Bapak Polri". Lahir pada 9 Juni 1920 di Baubau, Sulawesi Tenggara, Moehammad Jasin merupakan tokoh penting dalam sejarah kepolisian Indonesia, terutama di masa awal kemerdekaan. 
Sebelum Indonesia merdeka, Mohammad Jasin adalah seorang perwira di Tokubetsu Keisatsutai, yaitu pasukan polisi istimewa yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang. Unit ini diberi pelatihan militer khusus dan memiliki tugas-tugas yang melampaui fungsi kepolisian biasa, seperti pengamanan dan pengawalan penting. Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Jasin melihat peluang untuk memanfaatkan struktur ini sebagai cikal bakal kepolisian nasional.
Pada 21 Agustus 1945, Moehammad Jasin mengambil langkah berani dengan mendeklarasikan bahwa polisi di Surabaya berada di bawah kendali Pemerintah Republik Indonesia. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Bhayangkara. Moehammad Jasin menghembuskan nafas terakhir pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2012 pukul 15.30 WIB, dalam usia 91 tahun di RS Polri Kramat Jati dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalifaat.



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url