Rewriting History, Tren Global Yang Mencemaskan Atau Kesempatan Yang di Untungkan
Foto Fadli Zon |
Sejarah Kini Sedang Ditulis Ulang, Siapa yang Diuntungkan?
Fenomena penulisan ulang sejarah kini tengah marak terjadi di berbagai belahan dunia. Dari penghapusan patung tokoh kolonial di Amerika Serikat dan Eropa, hingga revisi buku pelajaran sejarah di Asia, termasuk Indonesia, banyak pihak kini memperdebatkan apa sebenarnya tujuan dari upaya tersebut. Apakah ini langkah penting untuk memperbaiki narasi sejarah yang bias? Ataukah justru sebuah bentuk manipulasi untuk kepentingan politik masa kini?
Dinamika Global, Dari Amerika Hingga Indonesia
Di Amerika Serikat, gelombang protes terhadap rasisme sistemik beberapa tahun terakhir mendorong pencabutan patung-patung tokoh Konfederasi. Sementara di Inggris, diskusi publik ramai setelah patung Edward Colston - seorang pedagang budak - dijatuhkan massa di Bristol. Di Indonesia, wacana peninjauan kembali narasi sejarah G30S/PKI juga terus mengemuka. Sejumlah akademisi menganggap buku sejarah nasional terlalu simplistik, mengabaikan keragaman versi saksi dan penelitian baru. Pemerintah bahkan telah menyatakan perlunya pendekatan sejarah yang lebih “objektif dan inklusif” agar tidak sekadar menjadi alat legitimasi rezim tertentu.
Indonesia Uji Publik Dimulai 20 Juli
Menatap ke Depan
Meskipun penulisan ulang sejarah sering memicu kontroversi, banyak pihak menilai langkah ini juga bisa menjadi momentum penting untuk menghadirkan narasi yang lebih adil. Dengan catatan, prosesnya dilakukan terbuka, melibatkan berbagai pihak, serta bersandar pada penelitian yang kredibel. Sebagaimana kata bijak, sejarah bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga cermin untuk masa depan. Semoga upaya peninjauan ulang sejarah yang terjadi saat ini benar-benar menghadirkan pelajaran, bukan sekadar kepentingan sesaat.