STOVIA!! Jejak Sepak Bola Indonesia Pada Masa Hindia Belanda

Digital Collection

STOVIA dan Awal Keterlibatan Bumiputera dalam Sepak Bola Indonesia

Dalam sejarah persepakbolaan di Indonesia, STOVIA memiliki peranannya tersendiri. Para siswa yang bersekolah di STOVIA membentuk suatu klub sepak bola yang juga bernama Voetbalclub STOVIA. Klub ini dibentuk atas inisiatif para siswa yang gemar berolahraga sepak bola dan menjadi wadah bagi para pelajar bumiputera untuk menyalurkan minat mereka dalam olahraga tersebut. STOVIA adalah klub yang diperkuat oleh para pemain bumiputera pertama yang mengikuti kompetisi sepak bola di Hindia Belanda. Keikutsertaan klub ini dalam turnamen yang digelar di Batavia pada tahun 1904 menjadi tonggak awal keterlibatan pribumi dalam sepak bola, yang saat itu masih didominasi oleh pemain-pemain dari komunitas Eropa. Meskipun prestasi mereka dalam turnamen ini masih buruk—dengan gagal meraih poin dan hanya mencetak satu gol melawan Batavia Voetbal Club (BVC)—kehadiran STOVIA tetap memiliki makna penting. Klub ini menjadi simbol awal kebangkitan sepak bola pribumi, yang kelak akan berkembang menjadi bagian dari identitas nasional dan perjuangan sosial di Indonesia.

Museumkebangkitannasional.com

Tokoh-Tokoh Penting dalam Klub Sepak Bola STOVIA

Salah satu anggota klub STOVIA yang terkenal adalah Dr. Abdul Rasjid. Dalam surat kabar Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie edisi 30 Agustus 1907, terdapat berita mengenai struktur kepengurusan klub sepak bola STOVIA. Dalam berita itu, terlihat bahwa Abdul Rasjid menjabat sebagai Commissarissen van Materiaal, yakni orang yang bertanggung jawab mengurus segala alat-alat dan perlengkapan Tim. Selain Abdul Rasjid, nama lain yang juga menjabat sebagai Commissarissen van Materiaal di klub STOVIA adalah Sam Ratulangi. Sam Ratulangi merupakan seorang tokoh asal Minahasa yang kelak menjadi salah satu figur penting dalam sejarah perjuangan Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan dan politik. Keterlibatan tokoh-tokoh seperti mereka di klub STOVIA menunjukkan bahwa sepak bola bukan hanya sekadar olahraga, tetapi juga menjadi bagian dari perjalanan intelektual dan kebangkitan nasional kaum bumiputera di masa kolonial.

kumparan.com

Korelasi STOVIA Dengan Cikal Bakal beridirinya PSSI

Soeratin Sosrosoegondo, lulusan luar negeri yang awalnya memiliki karier mapan di perusahaan Belanda, mulai tergerak untuk memperjuangkan nasionalisme setelah berkenalan dengan Dr. Soetomo, pendiri Boedi Oetomo. Melalui pergaulan ini serta keterlibatannya dalam Kongres Pemuda II tahun 1928, Soeratin semakin menyadari pentingnya membangun persatuan pemuda Indonesia dalam melawan dominasi kolonial. Berbeda dengan tokoh lain yang memilih jalur politik, pendidikan, atau media massa, Soeratin melihat sepak bola sebagai alat perjuangan. Sepak bola saat itu telah berkembang di kalangan pelajar STOVIA dan sekolah-sekolah pribumi lainnya, menjadi wadah pemersatu yang melampaui perbedaan suku dan daerah. Ia menyadari bahwa olahraga ini bisa menjadi simbol nasionalisme dan alat untuk memperkuat identitas bangsa. Dengan semangat Sumpah Pemuda yang menekankan persatuan, Soeratin berinisiatif membentuk organisasi sepak bola nasional sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi Belanda dalam olahraga. Inisiatif ini akhirnya melahirkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930. PSSI bukan sekadar organisasi olahraga, tetapi juga menjadi bagian dari perjuangan bangsa dalam membangun kesadaran nasional dan menunjukkan kemandirian Indonesia di hadapan penjajah. (komunitasleut.com)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url